Surat Al-Isra, atau yang juga dikenal sebagai Bani Israil, adalah salah satu surat penting dalam Al-Qur'an yang memuat banyak pelajaran mengenai sejarah umat terdahulu, etika sosial, dan keesaan Allah SWT. Di antara ayat-ayatnya yang penuh hikmah, ayat ke-55 memiliki penekanan khusus mengenai sifat dan kekuasaan Ilahi.
Ayat 55 dari Surat Al-Isra ini adalah sebuah doa yang agung, sebuah contoh sempurna tentang bagaimana seorang hamba seharusnya memohon kepada Allah SWT. Ayat ini turun sebagai pengajaran langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW mengenai etika berdoa yang mencakup kepentingan diri sendiri, keluarga, dan seluruh umat beriman.
Dalam konteks yang lebih luas, Surat Al-Isra (ayat 1 hingga 100) banyak membahas perjalanan Isra Mi'raj, hukum-hukum dasar, dan peringatan bagi Bani Israil. Ayat 55 ini hadir setelah ayat-ayat yang mengingatkan tentang kebenaran ajaran Islam, menekankan bahwa di tengah ajaran tauhid yang luhur, permohonan ampun dan kerendahan hati tetap menjadi pondasi utama seorang mukmin.
Doa ini dibagi menjadi tiga komponen utama yang sangat mendalam:
Ayat ini ditutup dengan penekanan yang kuat mengenai konsekuensi perbuatan: "Dan janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." Surat Al-Isra ayat 55 tidak hanya mengajarkan kita untuk memohon kebaikan bagi diri sendiri dan orang beriman, tetapi juga mengingatkan bahwa keadilan Allah akan menimpa mereka yang melampaui batas (zalim). Kebinasaan di sini bisa berarti kerugian duniawi, kehancuran moral, atau azab akhirat.
Para zalim, yang menolak kebenaran dan melakukan kezaliman terhadap diri sendiri (dengan berbuat maksiat) atau terhadap orang lain, tidak pantas mengharapkan kemurahan dalam konteks ampunan ini. Permohonan ini menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan, di mana kebaikan dibalas kebaikan, dan kezaliman dibalas kerugian.
Mengamalkan doa dari surat Al-Isra ayat 55 secara rutin dapat membersihkan hati dan memperluas perspektif spiritual seorang Muslim. Ini mengajarkan kita untuk memulai hari dengan mengakui kekurangan diri dan kebutuhan akan ampunan, menghargai peran orang tua, dan menumbuhkan rasa solidaritas ukhuwah Islamiyah. Doa ini adalah suplemen spiritual yang mengingatkan bahwa inti dari ibadah adalah hubungan vertikal (dengan Tuhan) yang terwujud dalam hubungan horizontal (dengan sesama hamba Allah).
Dalam menghadapi hiruk pikuk kehidupan modern, di mana fokus seringkali sempit pada kepentingan pribadi, ayat ini berfungsi sebagai pengingat abadi akan etika ketuhanan: bahwa keselamatan sejati adalah hasil dari kerendahan hati yang diiringi oleh doa yang mencakup seluruh komunitas yang bertauhid. Ayat ini menjadi pilar utama dalam pembinaan akhlak seorang muslim sejati.