Penjelasan Mendalam Mengenai Surat Al-Isra Ayat 55

Surat Al-Isra, atau yang juga dikenal sebagai Bani Israil, adalah salah satu surat penting dalam Al-Qur'an yang memuat banyak pelajaran mengenai sejarah umat terdahulu, etika sosial, dan keesaan Allah SWT. Di antara ayat-ayatnya yang penuh hikmah, ayat ke-55 memiliki penekanan khusus mengenai sifat dan kekuasaan Ilahi.

Simbol Keagungan dan Kekuasaan Tuhan Gambar abstrak berupa garis melengkung dan lingkaran yang melambangkan keteraturan alam semesta yang diatur oleh Yang Maha Kuasa. إ

Teks dan Terjemahan Surat Al-Isra Ayat 55

وَقُل رَّبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَن مَّعِيَ فِي الْكِتَابِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
"Dan katakanlah, 'Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tua ku, dan juga orang-orang yang bersamaku dalam Kitab (iman) dan semua orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan; dan janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.'"

Konteks Penurunan dan Kedudukan Ayat

Ayat 55 dari Surat Al-Isra ini adalah sebuah doa yang agung, sebuah contoh sempurna tentang bagaimana seorang hamba seharusnya memohon kepada Allah SWT. Ayat ini turun sebagai pengajaran langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW mengenai etika berdoa yang mencakup kepentingan diri sendiri, keluarga, dan seluruh umat beriman.

Dalam konteks yang lebih luas, Surat Al-Isra (ayat 1 hingga 100) banyak membahas perjalanan Isra Mi'raj, hukum-hukum dasar, dan peringatan bagi Bani Israil. Ayat 55 ini hadir setelah ayat-ayat yang mengingatkan tentang kebenaran ajaran Islam, menekankan bahwa di tengah ajaran tauhid yang luhur, permohonan ampun dan kerendahan hati tetap menjadi pondasi utama seorang mukmin.

Analisis Komponen Doa dalam Al-Isra Ayat 55

Doa ini dibagi menjadi tiga komponen utama yang sangat mendalam:

  1. Permohonan Pribadi dan Keluarga (Ampunan Diri dan Orang Tua): "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku." Ini menunjukkan prioritas utama dalam Islam: introspeksi diri (tawbah) dan bakti kepada orang tua (birrul walidain). Doa untuk orang tua adalah sunnah yang sangat ditekankan, bahkan ketika mereka telah tiada atau berbeda keyakinan (meskipun dalam hal keyakinan ada batasan tertentu yang dijelaskan di ayat lain).

  2. Cakupan Komunitas Iman (Yang Bersama dalam Kitab): Ayat ini melanjutkan dengan permohonan untuk "orang-orang yang bersamaku dalam Kitab (iman)." Para mufassir menafsirkan ini sebagai orang-orang yang saat itu beriman kepada ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, atau secara umum merujuk pada semua orang yang memegang teguh ajaran Ilahi (tauhid) hingga hari kiamat. Ini menunjukkan keluasan hati seorang pemimpin atau muslim sejati, yang tidak hanya mementingkan diri sendiri.
  3. Doa Universal untuk Mukminin: Selanjutnya, doa diperluas mencakup "semua orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan." Ini adalah penegasan universalitas kasih sayang Islam, di mana tidak ada diskriminasi gender dalam mendapatkan rahmat dan ampunan Allah. Doa ini bersifat inklusif dan mencakup seluruh jamaah Muslim tanpa memandang status sosial atau jenis kelamin.

Peringatan Terakhir: Nasib Kaum Zalim

Ayat ini ditutup dengan penekanan yang kuat mengenai konsekuensi perbuatan: "Dan janganlah Engkau tambahkan kepada orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan." Surat Al-Isra ayat 55 tidak hanya mengajarkan kita untuk memohon kebaikan bagi diri sendiri dan orang beriman, tetapi juga mengingatkan bahwa keadilan Allah akan menimpa mereka yang melampaui batas (zalim). Kebinasaan di sini bisa berarti kerugian duniawi, kehancuran moral, atau azab akhirat.

Para zalim, yang menolak kebenaran dan melakukan kezaliman terhadap diri sendiri (dengan berbuat maksiat) atau terhadap orang lain, tidak pantas mengharapkan kemurahan dalam konteks ampunan ini. Permohonan ini menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan, di mana kebaikan dibalas kebaikan, dan kezaliman dibalas kerugian.

Pelajaran Spiritualitas dalam Rutinitas Harian

Mengamalkan doa dari surat Al-Isra ayat 55 secara rutin dapat membersihkan hati dan memperluas perspektif spiritual seorang Muslim. Ini mengajarkan kita untuk memulai hari dengan mengakui kekurangan diri dan kebutuhan akan ampunan, menghargai peran orang tua, dan menumbuhkan rasa solidaritas ukhuwah Islamiyah. Doa ini adalah suplemen spiritual yang mengingatkan bahwa inti dari ibadah adalah hubungan vertikal (dengan Tuhan) yang terwujud dalam hubungan horizontal (dengan sesama hamba Allah).

Dalam menghadapi hiruk pikuk kehidupan modern, di mana fokus seringkali sempit pada kepentingan pribadi, ayat ini berfungsi sebagai pengingat abadi akan etika ketuhanan: bahwa keselamatan sejati adalah hasil dari kerendahan hati yang diiringi oleh doa yang mencakup seluruh komunitas yang bertauhid. Ayat ini menjadi pilar utama dalam pembinaan akhlak seorang muslim sejati.

🏠 Homepage